Senin, 24 Maret 2014

Mengapa harus seperti ini

Nasib ya nasib.
Selalu jadi orang yang dinomor duakan itu ga enak banget ya ternyata? Hanya karena saya terlahir sesudahnya.
En-i-pe, selalu saja itu yg dipermaslahkan.
Kenapa tak enyahkan saya saja kalo memang saya harus selalu menungggu "sisanya"??
Saya dan dia sama. Kita punya hak dan kewajiban yang sama.
Tapi kenapa hak saya selalu di nomor duakan sementara kewajiban saya harus selalu secepatnya dipenuhi?
Keinginan untuk mutasi bahkan mengundurkan diri sangat kuat.
Merasa sangat frustasi, stuck bahkan sudah mencapai titik jenuh, sudah tidak bisa diganggu gugat lagi.
Mutasi atau mengundurkan diri.

Ya Allah tunjukkan jalan pada hamba. Semoga hamba selalu kuat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar