Rabu, 30 Oktober 2013

Be a Mommy - Amazing Moment in My Life

Melahirkan.
Awalnya mendengar kata itu seolah menjadi hal yang sangat menakutkan untukku. Tetapi setelah melewati semua prosesnya, hal itu tidak lagi menjadi hal yang sangat menakutkan. Justru menjadi hal yang sangat menakjubkan melebihi apapun yang pernah kita alami dalam hidup.
Menikah, mengandung dan melahirkan. Rasanya sempurna sudah fitrahku sebagai seorang perempuan. Namun tugasku justru baru dimulai dari sini. Menjadi seorang ibu untuk anakku. Semoga aku mampu untuk menjaga, mendidikdan membesarkan putriku bidadari kecilku agar dia bisa menjadi perempuan yang tangguh, cerdas dan bersahaja, mendidiknya agar tumbuh menjadi pribadi yang lembut, sopan, berjiwa sosial tinggi dan penuh kasih saying terhadap sesama.
Momen melahirkan setiap orang berbeda, tentu saja itu akan menjadi hal yang tidak akan pernah terlupakan sepanjang hidup seorang ibu. Begitupun halnya denganku, pengalaman melahirkan pertama kali  menjadi hal indah yang tidak akan pernah aku lupakan selamanya.

Senin, 28 Oktober 2013
Pagi itu aku harus pergi untuk mengirimkan dokumen ke alamat sekolahku. Sebenarnya suami dan orangtuaku melarangku untuk pergi seorang diri mengingat kondisi kandunganku yang sudah menginjak usia 38 minggu. Namun karena tidak ada yang bisa menemaniku saat itu aku terpaksa pergi seorang diri, lagipula saat itu aku merasa kondisiku masih sangat kuat untuk pergi seorang diri, aku merasa selama ini aku sudah terbiasa menjadi perempuan yang mandiri dan tidak terbiasa bergantung pada bantuan orang lain. Akhirnya dengan sangat terpaksa suamikupun mengizinkanku untuk pergi seorang diri, dengan catatan aku akan mengirimkannya di tempat pengiriman terdekat dan akan langsung pulang setelah pergi mengirimkan dokumen itu.
Sangat kebetulan saat itu tempat pengiriman dokumen yang tidak jauh dari rumahku sedang tutup, mau tidak mau aku haru pergi ke kantor pusatnya yang jaraknya sekitar 15 km dari rumahku. Dengan penuh percaya diri aku pergi ke Kantor Pos Pusat Sukabumi, melewati rute angkutan umum yang sudah sangat aku hapal. Selesai mengirimkan dokumen, aku melihat waktu masih menunjukkan pukul setengah sebelas pagi, sayang sekali rasanya kalau aku harus langsung pulang ke rumah seelah aku harus mandi dan berangkat cukup pagi dari rumah (biasanya kalau di rumah ga pernah mandi pagi-pagi). Akhirnya karena kebetulan letak kantor pos tidak jauh dari pusat perbelanjaan, ditambah oleh hasratku untuk shoping, aku memutuskan untuk pergi ke salah satu pusat perbelanjaan di sana kebetulan sekali memanga sedang ada diskon besar-besaran dan hari itu adalah hari terakhirnya. Dengan semangat aku memilih beberapa potong baju daster, kebetulan sekali aku tidak pernah suka dan tidak pernah mempunyai baju daster. Aku sengaja membelinya karena sahabatku bilang saat akan melahirkan akan sanat praktis kalo kita pake baju langsung semacam daster daripada memakai baju lainnya, dan akhirnya aku putuskan untuk membelinya untuk dipakai saat melahirkan nanti. Selain membeli baju daster, akupun sempat membeli beberapa buah dan belanjaan lainnya. Setelah aku rasa cukup, maka akupun pulang ke rumah dengan membaw dua kantong belanjaan.
Sekitar maghrib, aku mulai merasakan mulas. Awalnya aku fikir itu hanya mulas biasa, mulas palsu seperti yang pernah aku rasakan beberapa minggu sebelumnya. Aku masih menjalankan aktifitasku seperti biasanya, selesai Sholat Maghrib dan membaca Al-Quran aku merebahkan tubuh, berharap akan merasa sedikit nyaman. Namun rasa mulas itu terasa lagi, dengan pedenyatanpa curiga sama sekali aku masih sempat menulis Privat Massage di BBM ku “Mulas lagi, dan aku tidak akan tertipu lagi!”. Beberapa komen pun masuk, dan akhirnya aku chating dengan beberapa temanku yang kebetulan memang sedang sama-sama mengandung dan dengan teman yang baru menjadi ibu, berbagi pengalaman tentang proses melahirkan itu seperti apa. Selain chat, akupun masih sempat menelepon suamiku yang saat itu sedang dalam perjalanan pulang dari Jakarta menuju Bogor, aku sempat mengabarkannya bahwa aku mulai merasa mulas, dia sangat khawatir namun aku tetap mencoba menenangkannya karena aku merasa mulasnya pun biasa saja.
Menjelang tengah malam aku mulai tidak tenang, beberapa kali aku bolak balik ke kamar mandi karena mulas. Saat itu aku fikir akuingin sekali pup tapi tidak bisa. Hamper setengah jam sekali aku bolak balik ke kamar mandi, sampai akhirnya karena penasaran akupun membangunkan Mama-ku yang kebetulan saat itu tertidur di ruang TV dengan TV yang masih menyala. Aku memberitahunya bahwa aku merasakan mulas dari tadi. Mamaku sangat kaget dan segera mengajakku untuk pergi ke RS. Aku masih sangat tenang saat itu, aku fikir belum saatnya aku melahirkan karena masih sekitar dua minggu lagi dari hari prediksi lahir dari dokter. Lagipula saat itu sudah tengah malam, aku fikir lebih baik besok pagi saja baru cek ke RS, tapi mama tetap memaksa untuk membawaku ke RS, dan akhirnya akupun mengalah dan menurut untuk pergi ke RS.

Selasa, 29 Oktober 2013.
Aku masuk ruang IGD RS Kartika Medical Center Sukabumi, seorang bidan jaga mengecek kondisiku. Dan betapa kagetnya aku ketika bidan itu bilang bahwa aku sudah pembukaan satu. Bagaimanapun saat itu aku benar-benar belum mempersiapkan mental untuk melahirkan, aku merasa sangat takut saat itu, namun Mamaku menyakinkanku bahwa semua proses itu akan terlewati dengan mudah. Aku mencoba tenang dan menghubungi suamiku. Betapa kagetnya dia saat mendengar kabar aku sudah di RS dan sudah pembukaan satu. Dia ingin segera bergegas pergi menemuiku saat itu juga, namun sangat kebetulan saat itu sedang tidak ada kendaraan di tempat suamiku. Motor RX King kesayangannya kebetulan sedang disimpan di rumah orangtuanya di Sukabumi, dan motor Mio pun disimpan di parkiran di Jakarta karena biasa dia pakai untuk ke kantor. Saat itu waktu menunjukkan pukul satu pagi, lewat tengah malam dan itu artinya sudah tidak ada kandaraan umum yang beroperasi dari Bogor menuju Sukabumi. Aku mencoba menenangkan suamiku, meyakinkannya untuk berangkat besok pagi selepas Subuh, padahal sebenarnya dalam hati kecilku aku sangat mengharapkan kehadirannya saat itu.
Jam 02.00 aku masuk ruang observasi kebidanan, bidan jaga melakan beberapa kali tes dengan beberapa alat yang tidak sendiri tidak tahu apa itu. Bidan menyarankanku untuk makan karena kebetulan seharian tadi aku hanya makan satu kali. Tak lama mama-ku membawakan bubur untuk aku makan. Dengan terpaksa aku makan bubur, nyaris seperti hendak sahur dan aku memang sama sekali sedang tidak mempunyai selera untuk makan. Setelah selesai makan, bidan kembali mengecek kondisiku dengan alat yang tadi. Tak lama kemudian dia memberiku obat induksi, aku diizinkan untuk kembali ke kamar perawatan dan menyuruhku untuk tidur dan mengumpulkan tenaga untuk proses melahirkan. Tapi jangankan bisa tidur, rasa resah dan gelisah menyelimutiku saat itu, akhirnya aku putuskan untuk naik turun tangga dan berkeliling RS (untung saja kondisi RS nya ga horror).
Pagi harinya suamiku datang berbarengan dengan mertuaku. Dia langsung memeluk dan menciumku dengan perasaan sedikit lega karena melihat kondisiku yang masih sangat fit saat itu. Jam 09.00 pagi, dr. Dedy Panhar, Sp.OG bersama beberapa bidan datang dan mengecek kondisiku, ternyata baru pembukaan  dua. OMG selama itu baru pembukaan dua? Kemudian bidan kembali memberiku obat induksi atas saran dokter. Dengan berharap agar itu mampu mempercepat pembukaan aku menurut saja.
Jam 03.00 bidan kembali mengecek kondisiku, ternyata baru pembukaan tiga. Ya ampun aku nyaris kehilangan kesabaran karena terlalu lama menunggu pembukaan bertambah. Sementara aku sudah tidak sanggup menahan rasa mulas sejak semalam. Kondisiku semakin menurun karena memang aku tidak makan apapun sejak terakhir makan bubur. Akhirnya aku harus diinfus agar tidak kehabisan tenaga. Akupun menurut saja sambil merengek untuk tidak diberi obat induksi lagi. Aku kesal harus diam diruang bersalin, sambil menunggu pembukaan bertambah aku putuskan untuk jalan-jalan di koridor lantai dua tempatku berada saat itu agar tidak terlalu jauh dari ruang bersalin.
Jam 04.00 rasa mulasku semakin tak tertahankan, akhirnya mau tak mau aku berada di ruang bersalin. Ketuban sudah mulai merembes saat itu, aku khawatir sejadi-jadinya. Untungnya suamiku selalu mensupport dan mendampingiku sambil tak henti berdoa untukku. Akhirnya pembukaan bertambah, pembukaan empat, masih enam pembukaan lagi. Aku sudah pasrah sambil menangis menahan sakit saat rasa mulas itu terasa lagi. Suamiku menyarankanku untuk menelpon papaku karena kebetulan beliau belum ada di RS saat itu, berharap dengan menelpon papa meminta maaf apabila aku pernah melakukan salah yang disengaja atau tidak disengaja dan juga meminta do’a agar persalinan bisa lancar. Pembukaan tidak bertambah juga, aku sudah benar-benar stress frustasi. Sambil menangis pasrah akhirnya aku minta untuk operasi sesar, karena sudah tidak sanggup menahan sakit. Suamikulangsung berkonsultasi dengan bidan jaga, namun bidan jaga tetap menyemangatiku untuk tetap melahirkan dengan normal. Mereka menjamin bahwa aku akan segera melahirkan sebelum maghrib.
Setengah sadar aku berdo’a sebisa mungkin. Apapun doa yang aku bisa aku baca. Akhirnya pembukaan bertambah lagi, mereka melarangku untuk mengejan sebelum pembukaan lengkap, tapi apalah daya, otot alam bawah sadarku tidak bisa menahan untuk tidak mengejan. Mereka khawatir akan terjadi sesuatu padaku dan bayiku jika aku terus mengejan sebelum pembukaan sempurna. Aku kehabisan napas dan hamper hilang kesadaran. Akhirnya pernapasanku dibantu dengan memasang selang oksigen berharap agar aku tetap tersadar. Sambil menarik napas dan terus mencoba untuk tetap tenang sambil menahan rasa sakit, akhirnya pembukaan demi pembukaan pun berlangsung dengan cepat sampai akhirnya pembukaan pun lengkap. Bidan memperbolehkanku untuk mengejan. Beberapa kali aku mengejan, kepala bayiku hampir keluar, hanya saja aku kehabisan tenaga karena waktu dan proses yang terlalu lama. Akhirnya mau tidak mau mereka harus mengguntingnya agar mempermudah bayiku keluar. Aku kembali mengejan, namun bayiku belum juga keluar. Bidan akhirnya membantu mendorong dari perutku disaat aku mengejan.
Tak lama suara tangis bayi pun terdengar. Aku masih terkesima, diam, terpaku dan membisu. Kesadaranku belum sepenuhnya pulih, aku masih belum bisa merespon apapun, masih tenggelam dalam peristiwa menakjubkan yang baru saja aku alami. Sampai akhirnya mereka menengkurapkan bayiku tepat di atas dadaku, bayi yang begitu lemah, mungil dan masih bersimbah darah, tangannya bergera-gerak di atas dadaku dia menangis dengan suara yang sangat kencang. Mengembalikan kesadaranku 100% kembali ke alam nyata. Aku memandangnya penuh haru, ingin memeluk dan menciumnya saat itu juga. Namun aku terlalu lelah untuk bergerak. Suamiku langsung mencium dan memelukku, mengucapkan terima kasih karena telah berjuang untuk bayi kami. Seketika itu juga tangisku pecah tak dapat terbendung lagi. Masih terdiam, tak mampu bergerak dan merespon apapun. Pandanganku hanya tertuju pada bayiku yang sedang dibersihkan oleh para bidan, mereka memasukan selang untuk membersihkannyakarena takut bayiku menelan ketuban atau entah apa, aku kaget saat melihat mereka menyimpan selang oksigen dihidung bayiku, aku takut terjadi sesuatu sama bayiku. Seakan mengerti kekhawatiranku, bidan memastikan bahwa kondisi bayiku sangat sehat. Suami langsung mengumandangkan adzan pada telinga kanannya dan iqomah pada telinga kirinya. Sementara aku masih terdiam, mengacuhkan dokter dan bidan yang sedang membersihkanku dan mengeluarkan plasenta dari dalam rahimku. Proses persalinan selesai, namun aku masih harus tetap berada di ruang persalinan untuk melewati tahap observasi pasca persalinan. Aku menurut saja sambil melihat ke arah ranjang observasi bayiku. Keluarga besarku berhamburan datang satu persatu masuk ruang persalinan mengucapkan selamat untukku. Aku sepenuhnya sadar saat itu. Aku sudah bisa tersenyum dan menjawab ucapan selamat dari mereka. Observasi selesai, bidan membersihkan badanku dan mengizinkanku untuk melihat bayiku.
Bayiku tertidur lelap di bawah sinar lampu dengan selang oksigen masih menempel di hidungnya. Aku membelai lembut kepalanya, dia begitu kecil saat itu, begitu rapuh. Aku memandangnya takjub penuh rasa syukur. Matanya seketika terbuka, menatapku sesaat. Mata kami bertemu pandang. Tanpa terasa air mataku menetes lagi. Air mata nahagia dan penuh rasa syukur pada Allah yang telah menyempurnakan jihadku sebagai seorang wanita.
Bidadariku yang cantik. Ya… lebih dari itu, dia malaikat kecil yang dikirimkan Allah untukku. Subhanallah… Rasa cintaku untuknya seluas langit dan bumi.

Skyla Geolova Ulky Almira. Buah cinta kami Yuliani Taufik dan Frenky Setiawan. Terlahir di Sukabumi pada tanggal 29 Oktober 2013, jam 16.44 WIB, dengan berat 2,91 kg dan panjang 49 cm. Hadiah ulang tahun ke sembilan bulan pernikahan kami.